Monday, February 26, 2007

What If HE Stops?

Kemarin baru saja saya mem posting artikel… bagaimana memaafkan dan kelupakan.

Baru-baru ini saya teringat satu konflik yang ada di dalam hati saya, yang membuat saya begitu bergumul, dan merasa lelah sekali karena perasaan sulit mengampuni yang ada di dalam hati saya. Perasaan ini sudah bernanah dan membusuk dalam hati saya bertahun-tahun yang lalu.

Rahmat Tuhan memulihkan hati saya 2 tahun yang lalu. Tapi proses penyembuhan dari luka yang sudah bernanah bertahun-tahun, belum dapat pulih dengan sempurna begitu saja. Rasa nyeri nya kadang masih terasa sampai hari ini. Dan efeknya hari ini, setelah saya menikah, efek luka itu juga menyakiti orang disekitar saya, terutama suami saya.

Pagi ini, saya melihat beberapa cerita kehidupan. Seorang suami dan ayah dari 2 anak yang hidup berbahagia selama ini. Seorang anak wanita yang berusia 4 tahun dan seorang anak laki-laki bernama Tyler yang berusia 6 bulan. Tyler begitu lucu dan mirip dengan ayahnya. Tyler sangat disayangi oleh orang tua dan kakak perempuannya.

Setiap pagi sang ayah bertugas mengantarkan anak perempuannya ke Day Care, sedang anak laki-lakinya bersama ibunya. Setiap pagi menjadi pagi yang selalu hectic bagi pasangan muda ini. Sampai satu pagi di hari Senin, sang ayah bertukar tugas dengan istrinya, ia bertugas membawa bayi laki-lakinya untuk di drop di rumah ibunya karena sang istri harus menemani anak perempuannya ke sekolah. Sang ayah menaruh Tyler di kursi belakang dengan kursi bayinya dan segera bergegas ke kantor karena presentasi dan meeting klien yang sudah menunggunya. It will be long busy day for him.

Kemudian ia segera menuju ke kantornya, turun dari mobilnya dan langsung mengerjakan tugasnya. Sampai 3 jam kemudian, seseorang masuk ke dalam kantor sambil berteriak-teriak memanggilnya, dan berkata,”Your baby… your baby…!!!” Sesaat sang ayah belum mengerti maksudnya, sampai orang ini berkata lagi… “TylerTyler…!”

Dalam sekejab ia langsung berlari menuju mobilnya, dan mendapati Tyler masih ada di kursi belakangnya, terlihat tidur seperti boneka, tetapi berwarna kebiruan. Tyler ada di jok belakang mobil, dengan jendela tertutup, terikat di seat belt kursi bayinya, dibawah sengatan matahati musin panas yang mencapai 40C.

Sampai hari ini sang ayah belum dapat memaafkan dirinya. Sang istri mengampuninya, tetapi pria ini belum dapat memaafkan dirinya. Memang kadang lebih sulit memaafkan diri sendiri, dari pada memaafkan orang lain…

And again… one young woman from Venuzuela, berumur 20 tahun. Cantik, berwajah khas Venuzuela, meninggalkan Negara nya untuk belajar di Amerika. Ia menikmati masa sekolahnya, sampai satu malam… dalam perjalanan ke sebuah pesta bersama 2 sahabat wanitanya, mereka tertabrak sebuah mobil dengan pengendara muda yang setengah mabuk. Mobil mereka terbakar, 2 sahabatnya tewas seketika, dan ia terjebak dalam kobaran api yang membakar mobil tersebut.

Seluruh tubuhnya terbakar. 10 bulan ia ada dalam keadaan koma, dan setelah itu menjalani lebih dari 50 operasi karena ia kehilangan telinga, seluruh kulit kepala yang rusak sehingga tidak ada satu sel rambutpun yang mampu bertahan hidup. Mata yang rusak, yang kemudian bisa melihat lagi denga transplantasi kornea yang dilakukannya. 2 lubang hidung yang mirip seperti gorilla dan tidak sama besar. Ia menjadi seorang monster… Anak-anak berlari saat melihatnya, dan orang-orang di sekelilingnya menjauhi dia.

Tapi yang mengangumkan dari wanita muda ini adalah… kemampuannya untuk mengampuni dan mensyukuri keberadaannya. Dalam interview itu, ibu dari anak muda yang menabrak dia hadir, dan saat diberi waktu untuk mengatakan sesuatu kepadanya, ibu ini tidak dapat berkata-kata kecuali menangis dan meminta maaf. Dan ‘monster’ wanita itu memeluk ibu dari orang yang menabraknya dengan berkata,”It’s okay… It’s really okay…” disertai dengan tepukan tangan seluruh penonton yang hadir di studio itu, dan cucuran air mata haru melihat sebuat hati yang mau memaafkan menyembuhkan seseorang.

Saat ditanya kenapa wanita ini mau memaafkan penabrak nya yang setengah mabuk itu… karena itu adalah tindakan yang bertanggung jawab… Wanita muda ini hanya mengatakan,” I am happy I can life, and forgiving is good for the soul.”

What an amazing lady…

Dear all Catholic Women of God out there,

Forgiving is good for the soul. Kadang hal ini tidak terpikirkan oleh kita. Kalau memaafkan kadang diperlukan bukan untuk kebaikan orang yang menyakiti kita, tetapi kebaikan diri kita sendiri. Tetapi rasanya pergumulan menuju ke arah sana tidak kunjung henti.

Kadang saya bertanya, apa jadinya kalau Tuhan kita berhenti memaafkan kita? Apa jadinya hidup kita kalau pada saat jalan salibnya Tuhan Yesus ‘mogok’ jalan di tengah jalan dan berkata,”Udahan ahhh… cukup sampe di sini… Saya sudah cape dengan ini semua…” Apa jadinya dunia ini, kalau Allah Bapa di surga berhenti mengalirkan belas kasihaaNya atas bumi ini?

Yes… What If He Stops…?

Berita buruknya adalah… kita sering gagal untuk melangkah dalam pengampunan. Saya pribadi gagal berkali-kali.

Tapi berita bainya adalah… HE NEVER FAILS! Seperti Dia berhasil sampai di atas kayu salib dan membayar lunas semuanya, Dia tidak pernah gagal mengampuni kita, seberapapun beratnya dosa kita.

Menjadi seorang istri, ibu, atau apapun keadaan kita saat ini rasanya tidak akan lepas dari keputusan ini. Karena pada akhirnya mengampuni menjadi sebuah keputusan. Konskwensi dari cinta, dan tanda nyata dari cinta. Dan tidak ada jalan lain, untuk menimba kekuatan selain kepada sang empunya Kasih dan Pengampunan. Ia yang selalu mengampuni dan memberi kesempatan baru…

Let’s bless others with our forgiveness, let’s love others with our decision…

(lia b.ariefano)

No comments:

Quotes by Women who inspire my life.

"My philosophy is that not only are you responsible for your life, but doing the best at this moment puts you in the best place for the next moment." (by Oprah Winfrey)

"Hidup benar di hadapan Tuhan. Percayalah... apa yang kau buat pasti berhasil!"
(by my mom)


"Spread love everywhere you go: first of all in your own house. Give love to your children, to your wife or husband, to a next door neighbor. Let no one ever come to you without leaving better and happier. Be the living expression of God's kindness; kindness in your face, kindness in your eyes, kindness in your smile, kindness in your warm greeting."
(by Mother Teresa)