Tuesday, April 29, 2008

Jovan: He brings Joy to Our Life

Lagi main ciluk ba di Bumi Joglo Dago Pakar - Jovan lagi nemenin mama papa nya pelayanan di Lembang. Dari kecil ud diajak-ajak pelayanan, karena targetnya... jadi uskup ya Van hehehe...
Yang lucu... dulu awal2 Jovan manggil gw mommy... gw ngga pernah noleh karena ngga biasa. Apalagi si riko hhihihihi...

Sunday, April 27, 2008

First day at Manado (1)

2 ½ tahun lalu terakhir gw datang ke kota ini. Sebelum-sebelumnya hampir setiap tahun gw ‘pulang’ ke Manado.

Gw bukan berasal dari Manado, tapi sejak kedatangan gw yang pertama kali di Natal tahun 1999 dan merayakan millennium baru tahun 2000 di satu tempat di daerah Komo dalam, gw seperti memasuki babak baru dalam kehidupan gw yang membawa gw pada pelajaran baru dalam hidup dan membuat gw merasa dekat dengan kota ini sampai sekarang.

26 Desember 1999, gw mendarat untuk pertama kalinya di Manado. Gw ingat sekali keadaan gw waktu itu. Sedih, frustasi, takut, depresi, marah, merasa seperti sampah yang dibuang di tempat yang dipastikan tidak ada yang dapat memungut sampah itu dan sangat tentu saja merasa seperti perempuan yang sangat bodoh!

Waktu gw landing dan melihat hamparan pohon kelapa yang ada di perbukitan Manado, gw berkata dalam hati,”Tuhan… ke hutan mana Engkau buang aku sekarang?”… yang terbayang waktu itu, seperti ada film kartun di kepala gw, rasanya gw seperti ditendang dan melayang dari kepulauan Jawa dan mental sampai ke bagian Utara pulau Sulawesi. Semuanya begitu kosong dan menakutkan… mana waktu itu gw belum dapat tempat tinggal dan belum tahu di mana gw bisa berteduh.

Tetapi … siapa yang menyangka, setelah waktu berlalu kota ini memberikan banyak bukti akan penyelenggaraan tangan Tuhan atas kehidupan gw. Setiap tapak kaki yang gw jejakan di tanah kota ini menyaksikan kemurahan dan kesetiaan Tuhan dalam kehidupan gw.

Kota ini mengajarkan gw untuk memahami bahwa:

- luka adalah kurikulum sekolah hidup yang baik,

- rasa sepi adalah pelajaran untuk menikmati keberadaan dirimu sendiri

- hadirnya setiap orang (biarpun dia asing) adalah malaikat penjaga yang dikirim dari surga

- waktu adalah sahabat setia yang mendewasakan

- dan air mata (syukur) adalah pembersih dan desinfektan luka

Dan 7 ½ tahun kemudian, gw balik ke kota ini. Waktu gw landing dan melihat hamparan pohon kelapa yang ada di perbukitan Manado, dan kembali gw berkata hati, “Tuhan… Hutan ini terasa melambaikan tangannya kepadaku… menyapa selamat datang kembali!”

Hari ini gw datang dengan Tante gw, dengan misi mencari investor untuk usaha yang sedang kami jalani bersama. Usaha yang gw jalankan juga dengan suami gw (yang 7 ½ tahun lalu, gw tidak mampu berpikir baik tentang suami gw selain kebencian), dan akan bertemu dengan investor2 yang di arrange oleh mantan cowok gw waktu di Manado (yang 7 ½ tahun lalu menjadi sasaran luka gw…).

to be continued...

Sunday, April 20, 2008

After 3 years... and I still crying...


Hari ini ngga sengaja gw nemu DVD yang gw ambil dari rumah nyokap beberapa waktu yang lalu. Krn gambar depannya adalah gambar Andre Boceli, gw pikir itu CD klasik biasa.
Ternyata gw ngga liat tulisan di bawahnya: Credo John Paul II. Gw putarlah sambil masih berpikir itu CD lagu. Dan ternyata itu adalah satu DVD remembering the late John Paul II.
And alhasil... tadinya mau kerja sambil dengerin lagu... yang terjadi malah.. gw beruraian air mata di depan komputer.

3 tahun berlalu dari kepergian my dearest Papa. Gw belum pernah kehilangan seumur hidup gw. Orang tua dan mertua gw masih lengkap, belum ada orang terdekat yang pergi meninggalkan gw untuk selamanya. Dan gw juga bukan tipe orang yang mudah merasa dekat dengan seseorang.
Tapi itu tidak berlaku untuk my forever pope in my heart... The late John Paul II.
Gw masih belum bisa menahan air mata yang keluar bila melihat dia, di manapun itu ditayangkan. His life is a legacy for me. And forever I thank God for his presence in my life. Setiap yang dia lakukan rasanya menyirami hati gw dengan kasih. Senyumnya, lambaian tangannya, setiap kata-kata yang diucapkan penuh passion, dan setiap pengorbanan dan silih yang ia lakukan untuk dunia, mengingatkan gw terus untuk menjadi seseorang yang meninggalkan jejas kasih terutama bagi sesama dan gereja.

Here are some of his quotes... love you (and miss you!) Papa and please pray for me always from above!

An excuse is worse and more terrible than a lie,
for an excuse is a lie guarded.


As the family goes, so goes the nation and so goes the whole world in which we live.

Do not abandon yourselves to despair. We are the Easter people and hallelujah is our song.

Freedom consists not in doing what we like, but in having the right to do what we ought.

From now on it is only through a conscious choice and through a deliberate policy that humanity can survive.

Have no fear of moving into the unknown. Simply step out fearlessly knowing that I am with you, therefore no harm can befall you; all is very, very well. Do this in complete faith and confidence.

Humanity should question itself, once more, about the absurd and always unfair phenomenon of war, on whose stage of death and pain only remain standing the negotiating table that could and should have prevented it.

I have a sweet tooth for song and music. This is my Polish sin.

I hope to have communion with the people, that is the most important thing.

I kiss the soil as if I placed a kiss on the hands of a mother, for the homeland is our earthly mother. I consider it my duty to be with my compatriots in this sublime and difficult moment.

Love is never defeated, and I could add, the history of Ireland proves it.

Marriage is an act of will that signifies and involves a mutual gift, which unites the spouses and binds them to their eventual souls, with whom they make up a sole family - a domestic church.

Pervading nationalism imposes its dominion on man today in many different forms and with an aggressiveness that spares no one. The challenge that is already with us is the temptation to accept as true freedom what in reality is only a new form of slavery.

Radical changes in world politics leave America with a heightened responsibility to be, for the world, an example of a genuinely free, democratic, just and humane society.

Science can purify religion from error and superstition. Religion can purify science from idolatry and false absolutes.

Social justice cannot be attained by violence. Violence kills what it intends to create.

Stupidity is also a gift of God, but one mustn't misuse it.

The cemetery of the victims of human cruelty in our century is extended to include yet another vast cemetery, that of the unborn.

The future starts today, not tomorrow.

The great danger for family life, in the midst of any society whose idols are pleasure, comfort and independence, lies in the fact that people close their hearts and become selfish.

The historical experience of socialist countries has sadly demonstrated that collectivism does not do away with alienation but rather increases it, adding to it a lack of basic necessities and economic inefficiency.

The question confronting the Church today is not any longer whether the man in the street can grasp a religious message, but how to employ the communications media so as to let him have the full impact of the Gospel message.

The United Nations organization has proclaimed 1979 as the Year of the Child. Are the children to receive the arms race from us as a necessary inheritance?

The unworthy successor of Peter who desires to benefit from the immeasurable wealth of Christ feels the great need of your assistance, your prayers, your sacrifice, and he most humbly asks this of you.

The vow of celibacy is a matter of keeping one's word to Christ and the Church. a duty and a proof of the priest's inner maturity; it is the expression of his personal dignity.

There are people and nations, Mother, that I would like to say to you by name. I entrust them to you in silence, I entrust them to you in the way that you know best.

To maintain a joyful family requires much from both the parents and the children. Each member of the family has to become, in a special way, the servant of the others.

Today, for the first time in history, a Bishop of Rome sets foot on English soil. This fair land, once a distant outpost of the pagan world, has become, through the preaching of the Gospel, a beloved and gifted portion of Christ's vineyard.

Violence and arms can never resolve the problems of men.

War is a defeat for humanity.

Wars generally do not resolve the problems for which they are fought and therefore... prove ultimately futile.

What we talked about will have to remain a secret between him and me. I spoke to him as a brother whom I have pardoned and who has my complete trust.

When freedom does not have a purpose, when it does not wish to know anything about the rule of law engraved in the hearts of men and women, when it does not listen to the voice of conscience, it turns against humanity and society.

You are our dearly beloved brothers, and in a certain way, it could be said that you are our elder brothers.

You are priests, not social or political leaders. Let us not be under the illusion that we are serving the Gospel through an exaggerated interest in the wide field of temporal problems.

You will reciprocally promise love, loyalty and matrimonial honesty. We only want for you this day that these words constitute the principle of your entire life and that with the help of divine grace you will observe these solemn vows that today, before God, you formulate.

Young people are threatened... by the evil use of advertising techniques that stimulate the natural inclination to avoid hard work by promising the immediate satisfaction of every desire.

Friday, April 11, 2008

Terapi Bioresonansi Atasi Alergi tanpa Obat - dari Koran Pikiran Rakyat

PERNAHKAH Anda mengalami kulit memerah dan gatal-gatal setelah mengenakan jam tangan atau gelang dari logam? Atau gejala itu terasa usai menyantap “seafood” misalnya? Sangat memungkinkan Anda alergi terhadap zat tertentu. Kalau cuma gatal tak mengapa, tetapi jika alergi nyaris membawa kita ke liang lahat, nanti dulu. Syukurlah kini ada cara menyembuhkan alergi tanpa obat-obatan.

Saat ini kita hidup di lingkungan yang sudah banyak tercemar. Kegiatan industri dan kendaraan bermotor membuat polusi udara, ditambah lagi dengan berbagai bahan kimia yang bisa meracuni tubuh yang terdapat dalam makanan maupun benda di sekitar kita. Hal-hal tersebut dapat menjadi pemicu terjadinya gangguan kesehatan, terutama bagi orang-orang yang sensitif. Banyak penyakit yang tidak berasal hanya dari virus, namun karena seseorang dikategorikan sangat rentan terhadap beberapa jenis benda alias alergi.

Bertambah buruknya polusi membuat angka penderita alergi di Indonesia kian meningkat. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Heru Sundaru dari RSCM/FKUI menunjukkan, angka penderita asma di Indonesia mencapai 8,2%, alergi hidung 17,5%, dan eksim 2,5-4%. Semua ini disebabkan oleh alergi yang penyebabnya dapat bermacam-macam, seperti interaksi antara faktor genetik, pola hidup, dan lingkungan.

Angka pasti penderita alergi di Indonesia dari tahun ke tahun belum jelas. Akan tetapi, menurut beberapa ahli, insiden alergi meningkat dalam 10 tahun terakhir ini, terutama di negara-negara berkembang. Di Klinik Alergi RS Immanuel Bandung, setiap bulannya yang melakukan tes alergi sekitar 20-30 orang, yang konsultasi jauh lebih banyak.

“Pasien alergi di sini kebanyakan pasien rujukan dari bagian lain seperti kulit, THT, paru, anak, mata,“ kata dr. Melinda Susilo (37).

Reaksi kepekaan abnormal

Alergi adalah suatu reaksi kepekaan abnormal dari tubuh terhadap suatu benda tertentu. Orang yang alergi akan memperlihatkan gejala-gejala alergi jika terkena zat-zat tertentu.

Masih kata dr. Melinda, gejala alergi dapat timbul pada semua usia. Alergi pada dasarnya merupakan kelainan fisik. Bagaimanapun, stres emosional yang berat, rasa takut, cemas, amarah, dan rasa jengkel dapat merangsang sistem saraf sehingga memperberat atau mencetuskan timbulnya gejala alergi. Faktor pencetus lain adalah infeksi, asap rokok, polusi, cuaca dingin/panas, dan kelelahan.

Anak dengan salah seorang orang tuanya yang alergi mempunyai kemungkinan 30% menderita alergi. Akan tetapi, bila kedua orang tuanya menderita alergi, anak tersebut kemungkinan menderita alergi 60%. Selain itu, lingkungan dan pola hidup juga mencetuskan gejala alergi, misalnya debu rumah, tungau, binatang peliharaan, kecoa, jenis makanan tertentu (misalnya susu, telur, ayam), asap rokok, asap mobil, juga obat-obatan.

Terapi

Menurut dr. Lia Brasali Ariefano dari Bio E Indonesia, perkembangan terapi alergi selama ini menunjukkan kemajuan yang pesat. Awalnya, pendekatan terapi alergi hanya dengan penyuluhan untuk pasien agar menghindar dari faktor penyebab alergi tersebut. Lalu dengan berkembangnya dunia farmasi, beberapa jenis obat digunakan untuk meminimalisasi gejala yang timbul akibat alergi, misalnya antihistamin. Akan tetapi, obat-obatan ini tidak menyelesaikan permasalahan.

Pendekatan terapi beralih imunoterapi. Terapi ini melakukan pemberian berulang jenis zat yang diketahui menimbulkan reaksi alergi pada pasien tersebut. Pendekatan imunoterapi merupakan pencegahan dan perlindungan dari gejala alergi dan reaksi radang yang dapat timbul bila pasien kontak dengan alergen (zat yang menimbulkan alergi).

Terapi terkini adalah bioresonansi. Cara ini dapat mengatasi gejala alergi. Terapi ini menggunakan pendekatan ilmu fisika gelombang/kuantum, yaitu ilmu fisika yang berdasarkan pada teori Einstein.

Salah satu pengembangan ilmu biofisika ini sudah diterapkan sejak lama di bidang kedokteran pada alat rekam jantung atau yang lebih dikenal dengan EKG (elektro kardiogram).

Dalam biofisika, setiap substansi terdiri dari energi, juga menghasilkan energi. Dengan energi yang berupa gelombang/resonansi (getaran) inilah, sel-sel tubuh kita berkomunikasi satu sama lain pada frekuensi tertentu. Jika komunikasi antarsel ini berjalan harmonis, berarti orang itu ada dalam kondisi sehat. Namun, kalau komunikasi antarsel ini terganggu oleh substansi yang memiliki frekuensi gelombang lain, fungsi organ tubuh juga dapat terganggu. “Dalam kasus alergi, gangguan ini berkenaan dengan sistem kekebalan tubuh,“ ujar dr. Lia B. Ariefano, alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Atmajaya Jakarta.

Dengan menggunakan alat Bicom Bioresonance, pola frekuensi yang menimbulkan penyakit dapat diubah menjadi pola frekuensi yang efektif dalam pemulihan fungsi kekebalan tubuh. Metode ini mampu mengeliminasi gelombang abnormal dari bahan asing/alergen dan mengalirkan gelombang normal tubuh sehingga akhirnya menghilangkan sensitivitas yang berlebihan terhadap alergen tersebut. “Dengan demikian, terapi ini merangsang tubuh untuk memulihkan fungsinya sendiri,“ ujar Lia, yang belajar bioresonansi sejak tahun 2007, dan memperdalam di Jerman pada Februari 2008.

Sebelum menjalani terapi, dokter melakukan anamnesis, yaitu melihat riwayat alergi pasien, orang tua, atau keluarga. Di sini pasien harus memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada dokter. Pasien dideteksi dengan Bio Tensor (sensor logam) seperti alat pancing, untuk mengetahui alergi apa yang diderita pasien. Dasar teknologi ini adalah biofisika, pasien hanya duduk santai, kemudian dokter atau terapis memegang, mengoperasikan Bio Tensor dengan tangan kanan, dan ampul berisi cairan alergen di tangan kiri. Apabila Bio Tensor bergerak mendatar/horizontal, artinya pasien tidak menderita alergi. Kalau Bio Tensor bergerak vertikal/naik turun, artinya pasien menderita alergi zat tersebut. Pasien dideteksi dengan 40 macam alergen atau lebih, yang memakan waktu sekitar 15 menit, dan hasilnya saat itu juga bisa diketahui.

Cara lain untuk mendeteksi alergi, sebelah tangan pasien memegang ampul berisi cairan alergen, tangan yang sebelah lagi diangkat kemudian oleh terapis ditekan, pasien harus menahan tekanan terapis. Kalau tidak bisa menahan/lemah, artinya pasien memang alergi. Sebaliknya, kalau bisa menahan tekanan terapis, artinya pasien tidak alergi terhadap alergen tersebut.

Terapi dibagi empat tahap dengan waktu sekitar 20-30 menit, basic therapy, geopathy, scar removal, blockage removal.

“Terapi dilakukan seminggu sekali. Sebaiknya selama menjalani terapi, pasien berhenti dulu makan makanan yang menyebabkan alergi, atau menguranginya,“ kata dr. Stella Tinia, therapist Bio E Hope Bandung.

Sembuh

“Anak saya menderita alergi ikan laut sejak bayi. Sekarang dia sudah berumur 5 tahun. Pernah satu kali saya memberikan potongan ayam dari garpu yang sudah saya lap setelah saya gunakan untuk makan ikan, tidak saya sangka mulutnya langsung bengkak dalam hitungan menit. Kemudian, suatu kali pembantu di rumah memandikan dia, setelah pembantu saya baru saja membersihkan ikan laut. Padahal, dia sudah mencuci tangannya dengan bersih lalu memandikan anak saya. Dalam hitungan menit, seluruh kulit anak saya memerah. Selain itu anak saya juga menderita asma dari kecil,” kata Yana.

Setelah 8 -10 sesi terapi. Yana mencoba memberi makan anaknya ikan laut, ternyata alergi tak datang lagi. “Syukurlah sekarang tubuhnya sudah bisa mengatasi reaksi terhadap ikan laut,“ ungkap Yana.

Lain lagi dengan Ny. Linda (45), yang menderita nyeri di kaki kiri sejak 3 tahun lalu. “Dokter bilang saya menderita rematik. Setiap kali saya menggerakkan kaki kiri, saya sering terasa sakit. Saya terus mengonsumsi obat-obatan dan nyerinya memang agak menghilang, tetapi tidak sampai 50%-nya. Kemudian, saya menjalani terapi bioresonansi. Dalam pertemuan kedua saja, sakitnya sudah sangat berkurang hingga tinggal 30% dan di pertemuan kelima hampir tidak terasa lagi,” paparnya.

Sasha, 21 tahun, setelah dideteksi, dari 40 macam alergen, ternyata ia alergi terhadap sebelas macam. “Saya tidak menduga saya alergi gula putih, cokelat, jagung, dan beras,“ kata Sasha, mahasiswa semester VI . Ia juga alergi terhadap bulu ayam, bulu angsa, bulu hamster, asap rokok, debu, serbuksari padi, tungau. “Selama ini saya selalu bersin-bersin setiap bangun tidur, pilek alias meler setiap saat dan gatal-gatal di kaki kalau habis makan sesuatu,“ tambah Sasha yang sudah 5 tahun pilek terus. Kini ia menjalani sedang dalam terapi di Bio E.

Bayu Limadjaja (27), malah alergi terhadap keringatnya sendiri. “Alergi bagi saya sudah bukan mengganggu lagi, tetapi sudah tahap `memalukan`. Karena kalau sudah basket atau berkegiatan, pasti saya garuk-garuk badan karena gatal yang tak tertahankan,“ ujar Bayu yang juga alergi benang dan formalin. Kini ia tengah menjalani terapi benang, setelah alergi keringatnya terkendalikan.

Sementara itu, Wisnu Wardhono (49) kini sedang menjalani terapi alergi untuk bersin-bersin, suara serak, dan hidungnya meler. “Terapi konvensional mulai dengan prick-test bahkan sampai hidungnya disolder sudah dijalani. Tapi kini saya mengikuti terapi bioresonansi, tidak perlu suntikan, tidak makan obat, asal rajin terapi seminggu sekali, saya yakin bisa sembuh,” katanya.

Proses terapi bioresonansi ini tidak langsung terasa, tetapi perlahan-lahan. “Kini mulai terasa lega pada pagi hari, saat bangun tidur tidak lagi bersin-bersin, hidung tidak meler. Hanya kalau kena debu rumah, buka buku-buku tua masih bersin, tetapi sebentar, “ tutur Wisnu.

Memang, kata dr. Fifi, sang pengelola Klinik Bicom, hampir semua orang di dunia ini menderita alergi. Akan tetapi, kebanyakan orang tidak menyadari bahwa dirinya alergi sesuatu atau banyak alergi.

Jadi, tak ada salahnya memeriksakan diri ke dokter ahli terapi bioresonansi bukan? (Ida F. Suliztyarto)***

Wednesday, April 9, 2008

Si Kecil suka Jajan...?





Si Kecil Suka Jajan?

"Si Rio bikin kepalaku pusing, setiap ada tukang jajanan lewat pasti dia merengek minta beli." Keluhan seperti itu mungkin cukup akrab di telinga. Suka jajan memang merupakan salah satu problem anak balita. Anak yang hobi jajan tak bisa disalahkan seratus persen karena sebenarnya para orangtua lah yang membentuk kebiasaan si kecil.

Salah satu faktor yang menyebabkan si upik suka jajan adalah karena kurangnya variasi makanan di rumah, akibatnya anak menjadi bosan dan tergiur dengan jajanan. Ayah-ibu yang sama-sama bekerja sering menjadi alasan orangtua jaman sekarang untuk membeli makanan siap saji. Akibatnya si anak merasa membeli makanan merupakan hal yang lumrah.

Pengaruh lingkungan juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh. Biasanya anak tergiur melihat teman-temannya menyantap jajanan. Jika si anak keseringan jajan akibatnya adalah anak sulit makan. Selain itu kita tidak bisa mengetahui apakah jajanan yang disantap bersih dan aman dari bahan-bahan kimia berbahaya.

Meskipun si anak sudah terlanjur hobi jajan, sebagai orangtua Anda tetap memiliki kendali. Melarang anak agar tidak jajan mungkin sulit dilakukan, tetapi Anda tetap bisa mengurangi kebiasaan jajan. Apa saja yang bisa kita lakukan?

- Batasi uang saku anak dengan tetap memperhatikan pengeluaran mendadak yang mungkin dibutuhkan anak di sekolah.
- Atur jajanan yang boleh dimakan si anak, misalnya sehari tak lebih dari satu. Dengan begitu si anak tidak akan menjadi rakus karena pola makannya sudah terbentuk.
- Biasakan si anak untuk makan di rumah. Agar anak menyukainya, sediakan menu yang beragam. Ajak si anak menentukan menu makanan yang akan dimasak atau libatkan anak dalam kegiatan memasak.
- Ajari anak untuk memilih makanan yang bersih, aman, dan sehat.
- Perut lapar merupakan alasan anak untuk membeli makanan di luar. Pastikan anak menghabiskan sarapannya atau bawakan bekal yang bergizi untuk anak. Kreatiflah dalam membuat variasi menu dan tampilan yang menarik.
- Kebiasaan yang ditanamkan secara konsisten dan teratur akan menghasilkan perilaku yang baik, termasuk dalam hal makan.

I am 16... going on... what? 35...? Oh Noooo! or...


I am 16 going 17.. baby it's time to think...


Itu potongan lagu dari film favorit gw... Sound of Music. Salah satu film favorit gw. Dan rasanya ngga lama yang lalu gw menunggu-nunggu pantas menyanyikan lagi itu.. karena gw bener-bener 16 going on 17.

And years later… TODAY… kemarin tepatnya… gw lagi nonton Oprah pagi sambil menikmati my morning coffee.. and yesterday the topic was… How do you manage yourself in Menopause condition. Jadi di topic ini dijelaskan, bagaimana hormonal chances and psychological changes bisa terjadi di wanita. Dan yang bikin gw ternganga-nganga adalah… Oprah menujukan acara ini untuk wanita usia 35 tahun ke atas. Karena menurut research di Amerika, saat ini wanita 35 tahun ke atas memang belum memasuki masa menopause, tetapi sudah mulai mengalami perubahan psychological.

Oh my my.. I am turning 35 this year…!!!

My hubby pernah bilang… kadang kita ngga sadar, jangan-jangan hidup yang sudah kita jalanin waktu inya ud lebih lama dari pada hidup yang akan kita jalanin. Kalau angka rata-rata kematian di Indonesia adalah 60an, maka bener buat kasus hidup gw… gw ud 35 tahun ini… dan mungkin gw ngga akan sampe 70, sehingga saat ini waktu yang gw jalanin lebih pendek daripada masa gw lahir sampe hari ini…

Dan… apa yang ud gw buat selama ini…?

Rasanya sepanjang hari kemarin jadi permenungan buat gw (biarpun ngga kelihatan merenung krn harus berhadapan ama pasien terus… hehehe…)

Masa sebentar lagi gw sudah melewat usia subur gw…? Punya anak pun belum hehehe…

Masa sebentar lagi gw harus mulai bertempur dengan osteoporosis, dislipedemia, hypertension, and all other menopause diseases?

Masa sebentar lagi harus ada yang manggil gw oma? Sedangkan sekarang kl gw dipanggil Tante aja, taring dan tanduk gw langsung keluar sangking keselnya

Dan masa yang lainnya… It’s a ‘can not believe questions…!’ hehehe…


But hey…

I am 16 going on 35… baby it’s time to be happy and grateful for anything that have happened in my life!


Yes… this is the time of my life… di mana gw ud ada dalam masa yang lebih ‘solid’ dari 35 tahun pertama dalam kehidupan gw… di mana semuanya baru berkembang, dicari, dari diexplore. Semua explorasi dan pengembangan diri pasti akan terus dilakukan, tetapi hari ini yang pasti gw lebih dewasa dari kemarin (dan mudah-mudahan lebih bijaksana dari kmrn).

Banyak kesalahan yang gw lakukan 35 tahun pertama dalam kehidupan gw, kesalahan yang menimbulkan banyak luka.

Tetapi hari ini gw memutuskan…

Tidak ada satupun dari luka itu yang mampu menghentikan langkah gw hari ini.

Tidak ada ada satupun dari luka itu yang gw ijinkan untuk menghentikan mimpi-mimpi gw tercapai.

Kata orang-orang… cewek itu paling ‘mateng’ dan sexy di usia mereka antara 30 sampe 40… wahhh… tahun ini gw bakal mencapai ke maksimal an ke matengan dan ke seksian gw karena gw ada di tengah-tengah… hahaha…!


I am 16 going on 35… baby it’s time to make your dreams come true…


Salah satunya keadaan yang membuat ini dapat tercapai adalah suami gw. Karena dia yang selalu mengingatkan gw, untuk mencapai semuanya ini… (thanks to him.. and thanks to God of course..!)

Hari ini gw bersuka-cita karena apa yang ada dalam kehidupan gw…

I am not a extra rich yet (We will heheh…), but I am rich inside.

That’s really makes my day. Everyday wakes up with hope and expectation. That everything I need and everything I dream will come to me.


Praise the Lord that today… I am 16 going on 35…



PS. Fotonya sementara yang umur 35 dulu, lagi nyari foto gw umur 16an kagak tahu di mana semua hehehe...



-dedicated for one of my aunt.. it's her birthday today!!! Happy bday T'Linda!-


Rolf and Liesl - Sixteen Going on Seventeen Lyrics


[Rolf:]
You wait, little girl, on an empty stage
For fate to turn the light on
Your life, little girl, is an empty page
That men will want to write on

[Liesl:]
To write on

[Rolf:]
You are sixteen going on seventeen
Baby, it's time to think
Better beware, be canny and careful
Baby, you're on the brink

You are sixteen going on seventeen
Fellows will fall in line
Eager young lads and rogues and cads
Will offer you food and wine

Totally unprepared are you
To face a world of men
Timid and shy and scared are you
Of things beyond your ken

You need someone older an wiser
Telling you what to do
I am seventeen going on eighteen
I'll take care of you

[Liesl:]
I am sixteen going on seventeen
I know that I'm naive
Fellows I meet may tell me I'm sweet
And willingly I believe

I am sixteen going on seventeen
Innocent as a rose
Bachelor dandies, drinkers of brandies
What do I know of those

Totally unprepared am I
To face a world of men
Timid and shy and scared am I
Of things beyond my ken

I need someone older and wiser
Telling me what to do
You are seventeen going on eighteen
I'll depend on you


Tuesday, April 8, 2008

I Still Date My Ex-Girlfriend



Call Me Crazy, But She Still Makes My Heart Go Pumpity-Pump


After ten years of marriage, I’m still crazy for this woman.

Being with her is my little piece of heaven on earth.

Here’s my proof: So far, I’ve had 508 romantic dates with my wife. (Yes, my wife. What were you thinking? She’s my ex-girlfriend, right?) That’s once per week for almost 10 beautiful years.

And I’ve loved every single one of them.

Our date night is sacred.

Unless it’s an invitation from the President of the Republic, I say no to all invitations and meetings. Our marriage is what it is today because of those precious 508 dates.

Call me corny. Call me deluded. Call me in denial.

But I really love being with her.

By the way, did you know my wife has magical powers?

When I’m with her, she drains my stress away. When I’m going through a rough time, all I have to do is share my problems to her, and instantly, I feel so much better. With her, I’m at home. And I rest.

I believe couples need to connect with each other in a deep way, or they will drift apart and look for attachments elsewhere.

Aside from our weekly dates, I grab special times I call “spontaneous moments of connection”.


Spontaneous Moments Of Connection

Yesterday afternoon, I came home ready to dive into my work. The usual stuff I do: articles to write, talks to prepare, meetings to plan…

But when I came home, I saw this lovely woman sitting on the couch all by herself.

I thought to myself, “Work can wait,” and I grabbed this opportunity to sit beside the greatest girl on the galaxy. It wasn’t planned. But we were able to talk and connect our hearts. Even just for a few minutes.

Life offers us these fantastic times of bonding. I’ve learned not to miss them: Being stuck in traffic with her. Or waiting for the dentist. Or lining up in the grocery. These times don’t have to be boring if you hold hands and talk.


How To Have A Great Marriage

One day, a young husband came up to me and said, “Bo, I wish my marriage will be as great as yours ten years from now…”

I only had one word for him: “Don’t wish. Decide.”

In that one line, I gave my secret to success.

That’s what separates great marriages and not-so-great marriages.

That’s what separates successful people from unsuccessful people.

Unsuccessful people wish, want, hope, desire for their dreams.

That’s not enough.

Successful people decide to make their dreams happen. Period.

That means they’ll do whatever it takes.

Nothing will stop them.

Failure is not an option.

Let me ask you: Will you do whatever it takes?

For me as a husband, it means…

o practicing “mental” monogamy

o overlooking her faults

o going out of my way to express my love

o prioritizing our dates

o leading my family to God

Note: Just in case you’re in the delusion that I’m a perfect husband, let me make this record straight. I’m far from it. Just ask my wife!

But the important thing is that I’ve decided to become a great husband. And I make that decision everyday. (I struggle towards this dream everyday!)

I’ve realized that this power of decision works in every other area in life…


How To Be A Success In Anything

I’ve also decided to be a financial success.

No ifs, no buts, no excuses. I’ll do everything it takes.

For me, that means sticking to my core gifts, getting wise mentors, reinventing myself, creating a dream team around me, and focusing on loving my customers.

I’ve also decided to be a spiritual person.

That means opening myself to God’s love, walking with integrity, and pursuing my ultimate mission of loving others.

I’ve also decided to be a healthy person.

That means going to the gym daily, eating veggies and fruits, taking supplements, and living with balance.


Don’t Wish. Decide.

“But Bo, I’ve already decided to be a success! But I guess my decision wasn’t strong enough…”

Then that means you haven’t really decided yet.

You’ve just wished.

If you remain in the level of wish, nothing happens.

You must go to the level of decision.

I’m reminded of this Chinese General who invaded an island. Upon landing on the shore, he asked his soldiers to burn their own boats. Obviously, they were shocked. When asked why would they do this insane act of burning their own boats, he said, “We’ll leave this island either as Victors or as dead men. Escape is not an option.”

That’s a decision.

And that’s the kind of decision that will make you succeed in anything.


May your dreams come true,

Bo Sanchez

Monday, April 7, 2008

Lets Talk About Dreams

Let's talk about DREAMS... :-)


Waktu gw kecil, gw bermimpi banyak hal... dari punya suami bule sampe punya istana dan tinggal bersama anjing-anjing kesayangan gw.
Dan bersama dengan berjalannya waktu... kegagalan, luka, cemooh, dan hidup yang terasa mulai tidak ramah, sang mimpi mulai menjauh pergi. Sampai akhirnya... timbul kata-kata,"Terserah deh... apa aja!"
Akhir-akhir ini... terutama sejak menikah dengan suami gw (yang bukan bule... tapi at least dia ngakunya Italiano.. hehehe..), dia banyak mengajak gw kembali bermimpi.
Dan gw kembali ke masa-masa kecil gw (look at the picture...) dan membongkar kembali kotak mimpi yang sudah gw masukan ke dalam lemari2 di hati gw.


Gw bermimpi punya RUMAH SEHAT, seperti yang ada di film Patch Adam... di mana semua orang yang datang, sesakit apapun dia, mengalami pemulihan di rumah itu. Biarpun akhirnya mungkin dia harus 'pergi', dia pergi dengan satu pengertian bahwa hidupnya berakhir dengan kemenangan dan suka cita. Gw pengen mimpi mereka diwujudkan di rumah sehat itu. Segila dan setidak mungkin apapun itu. Gw pengen setiap hari ada senyum dan tawa yang terdengar di lorong-lorong rumah sehat.
Dan saat tawa itu terdengar, tawa itu memberikan harapan kepada orang banyak saat mereka tidak kuat bangun dari tempat tidur mereka. Tawa itu merangsang pengeluaran hormon yang meringankan rasa nyeri di tubuh mereka... dan yang terutama... tawa itu memberikan satu pengetahuan... bahwa mereka akan 'baik-baik' saja karena hidup mereka berharga.


Gw bermimpi... punya SHELTER... a DOMUS (rumah) buat orang-orang yang membutuhkan
(inget film Persuit of Happiness...?), di mana mereka tinggal di sana dan tahu bahwa mereka tidak kekurangan dan mempunya masa depan. Di shelter itu akan dilakukan course-course dan workshop supaya satu hari nanti mereka bisa hidup mandiri. Dari shelter itu akan dikirim orang-orang ke seluruh negeri yang membawa anak-anak yang kekurangan gizi sehingga mereka bisa dirawat di situ. Orang tua yang terlantar dan tidak berdaya dapat tidur dengan tenang dan tidak kelaparan.


Gw bermimpi... have my own PHILHARMONIC ORCHESTRA yang main di Concerst Hall di Eropa dan Amerika... Karena gw ud ketelatan untuk jadi pemain musik, so... gw pengen gw punya satu Orchestra di mana mimpi gw bisa di wujudkan lewat kerja keras orang-orang yang punya talenta dan mimpi yang sama.
So... inspired by August Rush film (Thanks Le... for the info, and my hubby yang ud beli DVD nya hehehe...)
And this is my moms' dream too... wish she's still get a change to see one of her dream come true!


Gw bermimpi...
Satu hari nanti bisa KOLABORASI dengan OPRAH's CHARITY PROJECT... apapun itu.. Angel's Network, Leadership School, or anything...!
Her life story really inspired me.
And I really looking forward to meet her and work with her...!


Gw bermimpi… sebelum gw meninggalkan dunia ini… at least.. ada 1 buku yang gw tulis sendiri dan menjadi berkat bagi banyak orang. Don’t know how, don’t know when…

and one more... maybe this sounds weird... but I dream for my own ZOO atau at least Shelter buat anjing-anjing terlantar yang di abuse/ dibuang... pokoknya mereka bisa hidup dengan enak di situ! Kayak Steve Irwin punya di Australi... :-)

Yes these are my dreams... dan gw percaya ngga ada yang ngga mungkin...Banyak hal yang gw pikir yang ngga mungkin, bisa terjadi dalam kehidupan gw. Dan gw percaya.. it's just a matter of time! Yes... a matter of time...

Saturday, April 5, 2008

Come and Go


Semuanya datang dan pergi dalam kehidupan kita.
Saat kelahiran kita merayakan kedatangan, saat pernikahan kita merayakan satu moment baru kehidupan, dan saat kematian kita melepaskan kepergian.

Begitu juga orang-orang dalam kehidupan kita.
Hanya beberapa orang yang tidak mungkin pergi dalam kenyataan keberadaan kita di dunia ini...
1. Parents (di manapun/ sampai kapanpun mereka ada, tidak pernah dapat memungkiri kenyataan dari mana kita berasal)
2. Siblings (iya kl punya, nah kl kagak...? tetapi siblings juga akhirnya datang dan pergi, apalgi setelah beranjak dewasa dan punya kehidupan masing-masing)
3. Relatives (ini apalagi... kadang ngga ada bedanya ama strangers, tapi kadang bisa sangat dekat ..:p)
4. Friends (ngga ada bedanya sama relative, bedanya cuma hubungan darah... yg hari gini menurut gw ngga terlalu penting)

Dalam kehidupan gw, dari waktu ke waktu gw mulai mengalami kedatangan dan kepergian, dan kadang... itu sangat melelahkan.
Like the picture says, it's a 'Dramaticule' alias... a drama in my life.
Orang-orang yang dulu dekat... tiba-tiba terasa jauh dan tidak terjangkau lagi. Orang yang jauh tiba-tiba datang dan memberi arti dalam kehidupan hari ini.
Gw percaya satu hal... tidak ada satupun... yang datang dalam kehidupan kita dan tidak memberi arti dalam kehidupan kita. Sekecil apapun itu...!
Jadi... hargai setiap perjumpaan, syukuri setiap kesempatan, dan cintai setiap sapaan karena itu akan memberkati kehidupan kita. With its' own way...

Akhir-akhir ini gw memilih untuk menghargai semuanya itu. Memang gw juga mengurangi frekwensi pertemuan dengan teman-teman/saudara/ siapapun yang akan mewarnai hari gw dengan gerutuan (kadang ketemu sama orang yang complaiiiiiinnnnnn terus, membuat kita jadi ikutan negative terus...), tetapi gw tetap mencari satu makna, yang mungkin ingin disampaikan lewat setiap kesempatan yang ada.
Salah satu sahabat gw dan suami (dr.Welly) pernah berkata, dari setiap orang yang ditemui... ia selalu berusaha menangkap, apa yang Allah ingin sampaikan kepada dia... (pastinya yang positive dong...) artinya... siapapun itu... mau orangnya laki/wanita, kaya/miskin, positive/negative, dll.. pasti ada yang akan disampaikan lewat semua itu.

People come and people go
And still it gives meaning in my days
I will always remember

Wednesday, April 2, 2008

Dr. Nathanson Shares Conversion Story


Dr. Nathanson Conversion Story


FRONT ROYAL — When the founder of the National Association for the Repeal of Abortion Laws (NARAL) converts to Roman Catholicism and dedicates his life to the pro-life cause, heads turn.

Dr. Bernard Nathanson recently told a group at Christendom College in Front Royal the story which led to his reception into the Church by Cardinal John O’Connor of New York on Dec. 9, 1996.

Nathanson spoke of his role as a pioneer in the abortion industry, his diligence in its promotion and his retreat from the business as he realized its fundamental immorality.

Nathanson was born into a Jewish family, but was never serious about his faith and dubbed himself a "Jewish Atheist." While studying at McGill Medical School in Montreal in the 1950s, he became aware of the "injustice" to women in the lack of availability of legal abortion. Thus his career as an abortion advocate began.

He returned to his native New York and worked solely to advance the cause of abortion with the goal of legalizing the procedure. The result of his non-stop efforts was the establishment of NARAL in 1967.

Nathanson, dubbed the "abortion king" by friends, soon opened clinics which solely performed abortions. However, after only a few years in this atmosphere, he resigned from the clinic in order to pursue other duties. He had not changed his mind about abortion but while away from it he began to look at the reality of the situation.

In the mid-70s, in the dawn of what he called the "secular epiphany," Nathanson began to carefully examine what he saw in ultrasounds and sonograms. He demanded that he and his colleagues address the ethical and moral questions involved in abortion, which had never been done.

By 1977, Nathanson had answered his own questions. "My views had crystallized and it was clear that abortion was ethically and morally unacceptable," he said.

In the early 80s, after much reflection on his life, Nathanson was ready to speak for the pro-life cause. He produced and distributed the film "Silent Scream" which showed a videotaped abortion procedure. However, his dramatic presentations were inspired not by religious beliefs but by the scientific evidence which undoubtedly proved the presence of a human being in the womb.

His pro-life work was good, but it was not enough — it did not take away the guilt he felt. In 1993, Nathanson found the spiritual inspiration he was lacking. He realized that he needed forgiveness which he had never sought since leaving the abortion industry and he did not know if it was possible for him to find such mercy. Nathanson knew that he could not face eternal judgment without finding forgiveness and so he turned to a priest friend who gradually helped him to see that the forgiveness and love he needed could only be found in the Church.

He met a new found solace in the words of Christ on the Cross: "Father, forgive them, for they know not what they do."

His conversion process involved much reading, which he quoted familiarly to the Christendom audience. Especially beloved was the book Pillar of Fire written by Karl Stern, who has been Nathanson’s professor at McGill.

Nathanson himself recently wrote a book about his conversion experience entitled The Hand of God. It was published just prior to his acceptance into the Catholic Church.

Nathanson had always cherished Stern’s teaching and friendship, not knowing that Stern himself was going through the process of converting from Judaism to Catholicism while Nathanson was his student. Stern’s book about his own conversion was a great comfort and inspiration to Nathanson.

Although he placed a lot of emphasis on the role of spiritual reading in his conversion, Nathanson stressed that "none of the great things of life spring from the intellect — they spring from the heart."

Ultimately, Nathanson’s heart led him to the Church, which offers forgiveness and rest to all who are searching for it.

Noah: Baby Hall of Fame

Noah

Name: Noah Michael Shrader
DOB: October 18, 1999
Weight: 6 lb. 7 oz.

On June 3rd 1999 we were told through ultrasound that our son Noah Michael had a rare brain disorder. Numerous doctors told us that our son would never make it through birth and that if he did he would die very soon afterwards. Some doctors told us that abortion was the best option or all involved including the child. Once we told the doctor that we did not believe in abortion they were very distant in the the visits my wife and I made to their offices. One doctor told us that our son had a condition that was not compatible with life and aborting him would save him lots of pain. Our son was born October 18th full term crying his head off. While he had problems he survived for 10 months. We just buried him on August 23, 2000 and must say that my son's life was a joyful experience that many people would have missed out on if we had aborted him. He touched many people in his life time and will be remembered for years to come by lots of people.

Abortion Survivor: Heidi Huffman

Left: Tina Huffman Torry, mother of Heidi.

My mom had an abortion at age seventeen. A couple of weeks later, when her physician examined her, he told her she was still pregnant.

I was born, and today my mom and I tell the world of our story and our love for life. We want to call people away from the darkness of abortion and into the light of God's truth. We have also prayed and demonstrated in front of abortion facilities, and have spoken across the country at churches, crisis pregnancy centers, and universities.

We have also come to know Priests for Life-- I recently told Father Pavone that God has called all of us to save unborn life.

I believe that all young people are survivors of abortion, just like I am, because they too could have been killed under the current policy of our government, which declared us "non-persons" when we were in the womb.

I would like to share something with priests and pastors: Some pastors fear their congregation more than they fear God. Please mention abortion and get a pro-life organization started in your church!

To you pastors who do preach on abortion, I congratulate and I thank you! There might even be some of my friends who are around today because you spoke up for the unborn children years ago.

Note: Heidi is married to Steven Smith. As of the Spring of 2002, she has 2 children and is 24 years old. She's doing what she loves -- Having children and raising them. Tina's book about this marvelous story is called "Short of a Miracle." For information, visit www.ambassadorarabians.com You may also contact Tina directly by writing her at PO Box 1343, Easley, SC, 29641.

The meaning of my Feast


Ngomongin masa puasa kemarin, pastinya memberi arti buat gw.
Selama ini, gw ngga pernah tahan kl disuruh ngga makan. Dulu kayaknya ngga begitu, cuma entah kenapa, makin tua gw jadi makin ngga tahan lapar.
Rasanya kl ud lapar, semuanya mau gw lahap. Padahal kl ud mulai makan sih... ngga abis juga kadang-kadang.

Lalu masa puasa kmrn (pra paskah) suami gw berniat mau puasa selama 40hari. Selama ini gw paling malas kl disuruh ikut-ikutan puasa. Tapi entah kenapa kali ini, gw ngikut aja.
Maka mulailah gw pantang nasi selama 40 hari sejak Rabu Abu. 2 mgg pertama ya ngga berat sama sekali... lha gw ada di Jerman... kagak ada nasi di sana. Tapi godaan mulai timbul saat pesawat pulang dari KL-Jkt dikasih nasi+sate ayam. Mana gw paling doyan nasi lagi... ud kebayang makan nasi pake sayur asem+sambel gandaria+ikan asing... aduuuuhhhh surga deh!

Puji Tuhannya.. ngga tahu kekuatan dari mana, gw jalanin lumayan baik. Sampe 2 mgg terakhir sebelum paskah... gw memutuskan mau pantang kopi dan daging... satu lagi... kopi! Ini juga penderitaan... untungnya suami gw juga pantang kopi, jadi gw ngga harus nyiumin baunya setiap hari...
Sampe 1 mgg sebelum paskah gw memutuskan ikut suami gw... cuma makan buah2an aja dan air putih. Gosssshhhh... ini bener2 gw ngga tahan... ngga usah nunggu 1 hari... itungan 10jam an deh... gw ud menggiggil di bawah selimut dan kayaknya ampir pingsan... akhirnya gw memutuskan makan sayur juga selama 1 mgg itu.

Tapi dari keadaan itu gw berpikir... bagaimana rasanya jadi orang miskin? Buat gw.. seperti foto di atas, ada pengharapan kl gw akan makan besar setelah easter vigil mass. Dan gw ud buat rencana gw mau makan apa aja! heheheh... tapi mereka...?
Berencana pun tidak mampu, bahkan mereka tidak tahu sampai kapan kelaparan ini berakhir...?
Bagaimana rasanya..?
Kalau penderitaan ini bisa membayar silih buat jiwa-jiwa... rasanya penderitaan lapar dan menggigil gw ngga ada artinya sama penderitaan Yesus di atas kayu salib. Setiap doa yang gw panjatkan... memang terasa dekat dengan Tuhan.
Dan lewat puasa gw... Tuhan banyak memulihkan hati gw... rasa cinta gw sama Tuhan yang sudah lama ngga gw rasakan, masalah keluarga yang mungkin belum selesai, tapi ada terang yang menyinari kegelapan masalah itu.
Lewat puasa gw... Tuhan mengusik hati gw lewat seorang ibu, dan itu membuat gw banyak belajar berdamai dengan beberapa masalah dalam hati gw dan menyadari... No matter what... I will always be the apple of Father's heart.
Lewat puasa gw... Tuhan memulihkan persahabatan gw dengan sahabat gw... bukan cuma gw, tapi dengan suami gw juga.

It's really a huge blessing.
Menemukan bahwa penderitaan gw yang hanya sedikit dibandingkan penderitaanNYA, membawa berkat yang luar biasa besarnya bagi kehidupan gw.
DIA memang tidak dapat melakukan yang lain selain memberi dan mengasihi, dan kesetiaanNYA itulah yang memenangkan hati gw waktu demi waktu.

Tuesday, April 1, 2008

Dari cerita recording The New Springtime


Ini ceritanya lagi korek2 foto... eh ada foto kita berdua lagi launching album The New Springtime tahun 2006 lalu.

Recording itu adalah salah satu great blessing buat pernikahan kami.
Liat mukanya riko... suami gw itu emang selalu banyak gayanya kl di foto. Terutama permainan 'mimik' mukanya...
Ngga ada yang bener.. :-)

But that's why I love him so much...
waktu kesel pengen marah... kadang suka ngga jadi... yang ada jadi dongkol ajeee...

My honey darling sweety teddy bear... kapan kita bikin album berdua...? and you sing your song "lovely lia" for me...? hehehe...

Dasar cewek... sukanya di puji-puji... (ya iyaa lahhhhh... :-p)

From Heart Sinking to Heart Singing

What lies behind us and what lies before us are tiny matters compared to what lies within us. - Ralph Waldo Emerson

Sometimes you have to stop and listen to that voice deep inside telling you something very important. Is it telling you what you yearn for, or you wish you hadn’t given up on?
Can you hear what it says above the roar of your day to day cacophony? Would you like to open your heart to living a life you really want?
Which door did you close when you opened the one to became a doctor? What would you find if you opened it again?
Is your life too routine, too busy and too stressful?
Are you engulfed in the day to day overwhelm of general practice? If you continue along the same path what will you regret if or when you reach the age of ninety five?
Have you forgotten what it’s like to have fun, to have laugh?

You don't stop laughing because you grow old. You grow old because you stop laughing. - Michael Pritchard

Do you want to do something wild and wonderful? Is your answer a ‘don’t be so silly’ or ‘what would people think of me’? Would you love to revisit hobbies, play music, sing, walk, jog, paint, write, dance or photograph or whatever, but believe you don’t have the time?
Are you scared to get that almost forgotten buzz again from doing something really exciting? How about trusting your instinct, your inner voice, which urges you to give something a try? You may say ‘….what if I fail?….what if they think I’m crazy…? Have you tried reassuring yourself with a ‘never mind that…at least I had a go!’
Whose life are you living? Are you sure? Who sets the agenda you follow? How can you change?

1. Daydream

To accomplish great things, we must dream as well as act. - Anatole France (1844 - 1924)
Close your eyes. Imagine being at one with the universe, at ease, happy, fulfilled, relaxed. Who are you? What are you doing? Where are you? How do you feel? What’s different?

2. Listen.

What gives you, an extra-ordinary sense of excitement, a buzz, an awareness of ‘this is what life is about’? That you need more of, again?
To find the universal elements enough; to find the air and water exhilarating; to be refreshed by a morning walk or an evening saunter ... to be thrilled by the stars at night; to be elated over a bird's nest or wildflower in spring - these are some of the rewards of the simple life. - John Burroughs

3. Believe.

Has your life as a doctor tended to have suppressed your natural creativity? Is it the right time now to allow your imagination to run free? What beliefs about yourself or the ‘system’ stop you having a fabulous life? Are you scared of what others might say or think? Is that the way you want to live? You can’t predict how the other person will react if you behave differently. They, like you, have a choice. You may even be their inspiration if you start to ‘walk your talk.’ If you actually do what you’ve been thinking or talking about for ages.
Change your thoughts and you change your world.- Norman Vincent Peale

4. Do it your way

To live a creative life, we must lose our fear of being wrong.- Joseph Chilton Pearce
Has the time come to put yourself first for a change? To ‘feel the fear and do it anyway’? Is now your opportunity to have what you want in your life?

5. Get out of your rut

Find a rope to haul yourself out of your hole, and seek whatever support and encouragement you need to change your life.
It's not that some people have willpower and some don't. It's that some people are ready to change and others are not. - James Gordon, M.D.

6. Keep going

Your decision and enthusiasm to make a change will give you some momentum. Decide your goal. Be pro-active. Work out the steps to get there and you’ll be well on the way. Keep going and you will get to where you want to go.

7. Hold on

Julia Cameron recommends two wonderful ‘tools’ to keep you on track. She recommends ‘Morning pages,’ which are ‘flow of consciousness’ writing about what’s happening and your reaction to the changes you’re making. Secondly, arrange to take yourself on an ‘Artist’s date’ each week. Make a commitment to do something, on your own just for you. This could be, for example, an outing, a walk, or sitting quietly in the garden.

8. Take action

A journey of a thousand miles begins with a single step. - Confucius
If you really want more joy and happiness then truly believe in yourself and know that you have the power to create the life you want. Stop waiting for others to do things differently. You can change your life yourself . But you have to do something. You have to take the first step, however small.
They always say time changes things, but you actually have to change them yourself. - Andy Warhol (1928 - 1987)

9. Keep going

Do I hear you murmuring ‘been there, done that, started a load of projects but can’t stick at anything’? What can keep you going? Will you use your diary, a computer programme, charts to tick? Who can be there for you? Someone who will encourage you to do what you want and give you positive encouragement? Your partner, friend, relation, mentor or coach? Someone to travel along this bit of your life’s journey with you for a while?
Go confidently in the direction of your dreams. Live the life you have imagined. - Henry David Thoreau (1817 - 1862)

10. Celebrate

What will you do when you are on the top of your world?
I celebrate myself, and sing myself. - Walt Whitman, Song of Myself, 1855

Susan E. Kersley, Life Coach, Retired Doctor

Still A Privilege to be A Doctor

Seseorang (ngga tahu siapa) menulis tulisan di bawah ini tentang pekerjaannya (atau statusnya) sebagai dokter... Emang bener... it is a privilage to be a doctor...!

Though not immune to the hassles and hardships of practice, this physician
tells why he experiences the joy of medicine.
Twenty years ago, when I was barely out of medical school, I attended a
conference and found myself seated at a table with far more experienced
physicians. As usual when seasoned doctors converge, the complaining-
about
managed care, malpractice, unfair reimbursement, lack of respect-quickly
began.
I kept quiet, until an older doctor turned to me and asked what I thought.
What I wanted to say was: "What a great job we have! We help people, we make
a difference, and we make a fine living." Not wanting to sound like a
Pollyanna, I simply replied, "I think the positive aspects of being a doctor
outweigh everything else." But even this response brought stares of disdain.
Okay, I thought to myself, there are real challenges. But even so, these
guys could use an attitude adjustment-and an "injection of wonder."
Much more than mundane
Since then, I've remembered that phrase. It's become an approach that's
helped me throughout my professional career.
As a doctor, I've experienced life's extremes. I've felt life enter the
world in my hands as a child was born, and felt life leave the world under
my hands while performing CPR on a patient who didn't make it. But, like
most doctors, my day-to-day routines are not so dramatic. In my pediatric
practice, most of my time is spent on mundane problems-kids' colds, worried
parents, ear infections, strep throat. Same old, same old.
But wait. Everyday routines can hide everyday wonders.
Ashley's in Room 3, with a positive rapid strep. It doesn't get more
commonplace than that. Then, with a sense of wonder, I remember: A century
ago, rheumatic fever complications from strep were the No. 1 cause of death
in school-age children. Now, we hardly see rheumatic fever in this country;
a few generations ago, Ashley may have been one of the victims. As I write
out yet another prescription for amoxicillin, I think maybe I just saved a
life.
Bobby's in Room 6. Routine immunizations, which I've already given 20 times
today. Then, a quick thought: During the first half of the 20th century,
polio killed tens of thousands of people, and crippled tens of thousands
more. Since the development of polio vaccines like the one I'm about to
administer, polio has been eradicated from this country and is close to
elimination in the rest of the world.
When I pause and really think about what our profession has accomplished,
the sense of wonder rushes in. Since the mid-1800s, life expectancy in much
of the world has doubled. It's as if modern medicine and public health have
given each of us a second lifetime. Who among us doesn't have a relative who
was saved by modern science-heart bypass surgery, perhaps, breast cancer
treatment, or a C-section? My role may be small, but it still feels good to
be a part of such a positive change.
No matter what your specialty, the same approach can be applied. Removing a
mole isn't just a minor procedure-it can be a life-saver. That
antidepressant order isn't just a simple script, it's a contribution to
human happiness. An insulin dose adjustment may seem like nothing much, but
more than 15 million people living with diabetes would have died at an
earlier age were it not for insulin.
Granted, it's not always easy to think this way, especially when results are
slow and I'm striving, as most physicians are, to run a business and deal
with a litany of practice management problems. It helps me to remember that
it's not just the success of my practice or my day-to-day efficiency, but my
patients' health that's at stake. And wonder-a sense that's reawakened by
stepping back and taking a second or two now and again to look at the big
picture-helps to balance my perspective.
At the end of that lunch so many years ago, one of the skeptics said to me,
"We'll see what you say in 20 years."
Hard to believe, but it's been almost 20 years, and I still feel the same
way. Being a doctor can be a hassle. But it's still a joy and a privilege.
[ME]

Quotes by Women who inspire my life.

"My philosophy is that not only are you responsible for your life, but doing the best at this moment puts you in the best place for the next moment." (by Oprah Winfrey)

"Hidup benar di hadapan Tuhan. Percayalah... apa yang kau buat pasti berhasil!"
(by my mom)


"Spread love everywhere you go: first of all in your own house. Give love to your children, to your wife or husband, to a next door neighbor. Let no one ever come to you without leaving better and happier. Be the living expression of God's kindness; kindness in your face, kindness in your eyes, kindness in your smile, kindness in your warm greeting."
(by Mother Teresa)