Friday, July 6, 2007

My Privilege... Seeing God in you! (1) -Beautiful Moments with People from the Hills-

My Privilege... Seeing God in you!

-Beautiful Moments with People from the Hills-

PREFACE

Tepat setahun yang lalu… saya pergi ke satu daerah yang mengubah banyak pandangan saya mengenai kehidupan.
Tahun lalu saya menuliskan pengalaman saya di satu tulisan yang berjudul “Printing a Galley of Blessing from the Poor” , dan tahun ini saya diberkati Tuhan karena saya dapat terus mendulang berkat itu.
Tahun ini saya pergi kembali bersama dengan P’Muljono, M’Nita, P’Herman, dan kakak kelas saya dr.Welly. Tetapi kali ini saya juga ditemani oleh suami tercinta, dan 12 orang sahabat dari kesehari-harian hidup saya di Jakarta. Keberadaan mereka membuat saya merasa… di mana-mana Tuhan memberkati saya dengan limpahnya. Kehadiran mereka (khususnya suami saya) membuat saya merasa setiap nafas saya, cinta Tuhan mengalir ingin memberkati saya.

Dengan rasa syukur itu… saya ingin kembali menulis lagi… memaparkan hal-hal yang tidak terlihat, terbayangkan oleh kehidupan kita di Jakarta yang serba gemerlap, di mana Tuhan rasanya sulit ditemukan karena kesibukan, kemudahan, segala yang instant, dan semua kecanggihan yang berlomba ingin melampaui Tuhan. Menara-menara Babel di bangun di setiap jengkal tanah dan di setiap sisi hati… membuat Tuhan menjadi begitu jauh.

Tetapi di Perbukitan Manoreh… tempat di mana tidak terlihat satupun bangunan tinggi, jarang terdengar dering telpon (apalagi bunyi HP), dan suara TV, di setiap pandangan yang saya lepas… hanya hijau menghampar dan di sana-sini selalu disuntingkan senyum dari orang-orang yang saya temui… tanpa pandangan takut dan curiga, tanpa prasangka dan … di sanalah saya merasakan kehadiran Tuhan… begitu dekat, begitu hangat, dan begitu nyata menyapa hati saya…

Dan inilah kisahnya…

_________________________________________________________

Best Wishes,

Lia Brasali Ariefano

Every woman has her own legacy. Nothing she could do to change it…

But she can decide how to live her legacy, and then pass on her legacy to bless the world... through the next generation of hers.”

PART I

PASSION is CONTAGIOUS

Semuanya ini dimulai sejak setelah saya mensharingkan kepergian saya ke Jogja tahun lalu.

Dengan kemampuan menulis saya yang sangat terbatas… saya berusaha menuliskan apa yang saya lihat, dan saya rasakan dalam bentuk tulisan.

Tanpa saya sadar… ternyata tulisan itu menyapa banyak hati. yang kemudian berpesan dari jauh-jauh hari… kalau ada rencana ke Jogja lagi, mereka minta diajak.

Ini kali ke dua buat saya, tetapi ini kali pertama buat 13 teman lain yang akhirnya memutuskan ikut bersama dengan saya ke Perbukitan Manoreh.

Dari pertemuan pertama di tempat P’Muljono… sudah terlihat muka-muka bingung, pertanyaan-pertanyaan konyol, bahkan cerita-cerita yang membuat teman-teman (mungkin) mempertimbangkan kembali apakah mereka jadi ikut atau tidak ke Jogja…(dari WC, makanan, sampai cerita tuyul hehehe…)

Tetapi saya percaya satu hal… keinginan yang kuat dalam hati itu menular (Passion is Contagious), mereka merasa tersentuh oleh cerita yang saya tulis setahun lalu… dan itu membuat mereka merasa dapat melampaui banyak hal… bahkan hal-hal yang mereka pikir tidak bisa mereka tinggalkan.

Ketakutan akan tempat MCK, makanan, bahkan kesulitan mereka untuk buang air besar, mampu mereka ‘kalah’kan karena di hati mereka tersimpan satu keinginan untuk bertemu dengan Allah sendiri yang ada lewat pribadi-pribadi sederhana yang akan mereka temui di sana.

Persiapan berlangsung dengan tanpa kesulitan apapun. Dana yang dibutuhkan sekitar 20juta tiba-tiba mengalir dengan derasnya.
Tanpa effort yang sangat berarti !!!
Allah kita Allah yang adil... Ia Allah yang berpihak pada kaum lemah dan bekekurangan.

Ia membela lewat banyak hal... salah satunya lewat hati para penderma yang menyisihkan sedikit dari jerih payahnya untuk memberkati sesamanya yang berkekurangan.

Dan datanglah harinya… kami berangkat di tanggal 29 Juni 2007.
Akhirnya kami bisa naik pesawat karena keteguhan hati Vera (Handoko) yang terus kekeuh mencari pesawat murah supaya kita semua bisa naik pesawat (padahal saya yang mudah menyerah ini sudah memutuskan naik KA saja biar murah
).

Vera sampe rela ngantri-ngantri di Lion Air nungguin rate pesawat yang paling murah dibuka... She’s really my angel deh... (thanks sist!)

Ketakutan berikutnya datang... karena setelah dijumlah-jumlah... kami harus hand carry kira-kira 150kg obat (setelah menjelang keberangkatan P’Mul tiba-tiba nge drop 5 karton yang isinya obat botolan... woooahhh haleluya!...) dan tidak berhasil mendapatkan surat keterangan dengan kop surat dari instansi yang resmi. Alhasil... hanya dengan surat keterangan dari dr.Lia yang cuma praktek pribadi doang, obat-obatan itu di bawa... dan jujurnya... saya benar-benar resah sore itu. Membayangkan obat-obatan yang jumlahnya hampir 20 kardus itu harus dibuka satu persatu untuk di periksa... mau kelar jam berapa?
Hampir semua teman-teman yang saya kenal saya sms untuk minta doa... supaya tidak terjadi macam-macam.
Puji Tuhan... semua dus-dus itu berhasil lolos... hanya tertahan di satu dus yang isinya tabung Oksigen dan rasanya hal itu cukup wajar untuk diperiksa.

Setelah menunggu pesawat yang delay hampir 40 menit... akhirnya kamipun berangkat.
Saya melihat muka teman-teman saya selama menunggu dan ada di pesawat.
Saya tersenyum dalam hati melihat mereka... saya bertanya... apa yang mereka rasakan dalam hati mereka saat itu?
Saya ingat perjalanan saya setahun yang lalu... saat itu saya merasakan rasa was-was yang sangat... takut sekali tidak bisa beradaptasi dengan keadaan.
I wonder... what were they thinking and feeling at that time?

Saya mengagumi hati-hati yang mau berbagi, saya mengagumi belas kasih yang mereka mau berikan, dan saya bersyukur… saya ada di tengah lingkungan yang seperti ini.
Saya belajar satu hal… kesediaan saya untuk berbagi cerita satu tahun yang lalu membangkitkan keingin-tahuan bahkan membangkitkan gairah dala hati mereka. Gairah yang mungkin tak terdefinisikan oleh mereka. Keinginan yang kuat yang mereka bawa dalam hati.
Saya bertanya dalam diri saya… apakah selama ini saya sudah cukup membagikan diri saya kepada sesama?
Ada
berapa banyak berkat yang saya simpan sendiri… padahal kalau saja saya mau berbagi dengan orang lain, bukan hanya materi.. tapi hal yang simple sekalipun seperti senyum, sharing, bahkan sapaan hai… mungkin saja itu dapat membangkitkan semangat dan gairah dalam diri mereka yang mungkin dapat memberkati orang-orang di luar sana… lebih dari yang saya bayangkan.

Allah Tuhan… selalu membawa anak-anakNya ke sesuatu yang luar biasa… yang tidak pernah saya bayangkan.

Cukup pekakah saya menanggapinya…?

To be continued…

No comments:

Quotes by Women who inspire my life.

"My philosophy is that not only are you responsible for your life, but doing the best at this moment puts you in the best place for the next moment." (by Oprah Winfrey)

"Hidup benar di hadapan Tuhan. Percayalah... apa yang kau buat pasti berhasil!"
(by my mom)


"Spread love everywhere you go: first of all in your own house. Give love to your children, to your wife or husband, to a next door neighbor. Let no one ever come to you without leaving better and happier. Be the living expression of God's kindness; kindness in your face, kindness in your eyes, kindness in your smile, kindness in your warm greeting."
(by Mother Teresa)